Wednesday, 14 May 2025

Komunikasi Organisasi 6 : Playing Victim dalam Organisasi Menurut Ibu Serepina Tiur Maida




Kerja bareng tapi kok drama,
Sedikit salah langsung ngambek.
Main korban jadi senjatanya,
Bikin suasana kantor jadi tegang dan ribet!

Halo teman-teman!

Pernah nggak sih kamu kerja bareng orang yang tiap ada masalah, selalu merasa paling tersakiti? Yang dikit-dikit bilang “aku cuma korban”, padahal semua orang tahu konflik itu nggak sesederhana itu.

Nah, hati-hati, bisa jadi kamu sedang berhadapan dengan tipe kepribadian yang dikenal sebagai “playing victim”.

Tapi... ini bukan sekadar soal baper ya. Kalau dibiarkan, gaya komunikasi kayak gini bisa diam-diam jadi racun di organisasi bikin komunikasi mandek dan kerja tim berantakan.

Yuk, kita bahas bareng gimana sih pola “playing victim” itu bekerja, dan kenapa penting banget buat kita peka terhadap gaya komunikasi semacam ini!


Playing Victim: Kelihatan Lemah, Tapi Bikin Lingkungan Nggak Sehat

Tipe ini sering tampil seolah-olah jadi korban dalam setiap situasi. Awalnya mungkin kamu iba, tapi lama-lama… kok kayak ada yang nggak beres, ya?

Ciri-cirinya?

  • Sering memutarbalikkan fakta supaya kelihatan sebagai pihak yang dizalimi.

  • Nolak kritik dengan dalih “aku diserang”.

  • Mengalihkan topik pembicaraan supaya nggak perlu bertanggung jawab.

  • Bikin suasana tim jadi tegang, padahal masalahnya bisa selesai kalau dibicarakan baik-baik.

Masalahnya, ini bukan cuma soal perasaan. Kalau main victim terus-terusan, komunikasi jadi nggak terbuka. Konflik nggak pernah selesai karena selalu ada drama, dan ujung-ujungnya: kepercayaan antaranggota tim ikut rusak.


Kok Bisa Mengganggu Komunikasi di Organisasi?

Bayangin gini: ada tim kerja yang solid, tapi satu orang selalu merasa diperlakukan nggak adil. Tiap ada evaluasi, dia ngambek. Tiap ada target, dia bilang, “Aku sih nggak dianggap.”
Padahal, semua orang kerja keras, dan si ‘korban abadi’ ini malah menyerap energi tim.

Efeknya?

💣 Motivasi kerja turun
💣 Komunikasi jadi serba hati-hati, takut “bikin dia tersinggung”
💣 Keputusan tim jadi nggak objektif
💣 Budaya organisasi pelan-pelan jadi toxic

Yang paling bikin frustasi: perhatian tim dan pimpinan jadi tersedot buat drama personal, bukan buat kemajuan bersama.


Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Kalau kamu merasa pernah jadi ‘korban’ dari gaya komunikasi kayak gini, atau malah sadar kamu sendiri pernah main victim tenang, semua bisa diperbaiki asal mau refleksi dan belajar.

Yang penting:
Bangun komunikasi yang asertif
Bicara jujur dan terbuka, tapi tetap dengan respek. Beda banget lho sama playing victim yang sering ‘melarikan diri’ dari tanggung jawab.

Peka terhadap sinyal manipulatif
Kalau ada yang selalu merasa jadi korban dan menghindar dari dialog sehat, coba ajak ngobrol satu lawan satu. Kadang mereka sendiri nggak sadar sedang memainkan pola itu.

Ciptakan budaya feedback yang sehat
Kritik itu perlu, tapi harus disampaikan dengan empati. Dan yang dikritik juga harus belajar menerimanya dengan dewasa.

Edukasi literasi komunikasi
Di zaman digital kayak sekarang, drama playing victim nggak cuma muncul di kantor, tapi juga di media sosial. Yuk, bareng-bareng belajar komunikasi yang sehat, baik di dunia nyata maupun online.


Kesimpulan: Jangan Takut Hadapi, Tapi Hadapi dengan Baik

“Playing victim” bukan soal siapa yang paling menderita. Ini soal cara berkomunikasi yang bisa mempengaruhi dinamika satu tim, bahkan organisasi secara keseluruhan.

Komunikasi yang sehat itu butuh keberanian buat jujur, buat bertanggung jawab, dan buat tetap menghargai orang lain meski sedang berbeda pendapat.

Jadi, yuk kita bangun lingkungan kerja dan sosial yang lebih terbuka, tanpa drama yang nggak perlu. Karena setiap orang punya peran penting, dan semua suara layak dihargai.


Sumber : Tulisan ini diadaptasi dari artikel asli oleh Ibu Serepina Tiur Maida, S.Sos., M.Pd., M.I.Kom (dosen ilmu komunikasi, pemerhati sosial, dan kolumnis Majalah NARWASTU)

📖 Baca versi lengkapnya di:
https://www.narwastu.id/2025/05/kepribadian-playing-victim-dalam-organisasi-ancaman-diam-bagi-komunikasi-dan-kolaborasi.php

No comments:

Post a Comment

Komunikasi Organisasi 10 : Kampus Bukan Cuma Kuliah: Ada Dosen, Serikat, dan Cerita!

Halo teman-teman pembelajar komunikasi organisasi, Apa iya kampus itu cuma tempat belajar dan ujian? Padahal di balik aktivitas akademik, a...