Friday, 9 May 2025

Komunikasi Organisasi 4 : Yes Man di Kantor - Rajin Banget atau Diam-Diam Tertekan? Yuk Kupas Bareng!






Pantun pembuka dulu, biar nggak tegang:

Bos ngomong langsung dijawab,
“Siap, Pak! Aman, Bu!”
Semua tugas langsung diserap,
Tapi hati kecil bilang: “Kok gue mulu?”


Halo, teman-teman!

Pernah kenal atau justru kamu sendiri tipe karyawan yang nggak pernah bilang "nggak"? Apa pun tugasnya mau sesuai job desc atau enggak—langsung angguk, senyum, dan jawab "Siap!" tanpa banyak tanya?

Kalau iya, selamat datang di dunia para Yes Man. Di permukaan, mereka ini kelihatan super rajin, bisa diandalkan, dan selalu jadi andalan tim. Tapi… apakah semua “iya” itu sehat buat karier dan komunikasi dalam organisasi?

Yuk, kita bahas tuntas!

Siapa Sih Si "Yes Man" Ini?

"Yes Man" adalah sebutan buat karyawan yang selalu mengiyakan permintaan, tugas, atau ide dari atasan maupun rekan kerja meskipun sebenarnya ia merasa keberatan, tidak mampu, atau itu di luar tanggung jawabnya.

Dia jarang (atau bahkan nggak pernah) bilang "tidak". Mungkin karena takut mengecewakan, takut dianggap tidak kooperatif, atau karena ingin terlihat loyal 100%.

Dampak Positif Jadi Yes Man (Nggak Selalu Buruk, Kok)

Dianggap Fleksibel dan Siap Bantu: Yes Man sering dilihat sebagai tim player sejati nggak ribet, selalu sedia, dan kelihatan berdedikasi.
Peluang Dikenal Lebih Cepat: Karena sering muncul dan terlibat di banyak proyek, Yes Man bisa lebih cepat dikenal oleh atasan.
Belajar Banyak Hal Baru: Dikasih tugas macam-macam? Bisa jadi kesempatan belajar lintas fungsi!


Tapi... Hati-Hati, Ini Dampak Negatifnya

Overload dan Burnout: Karena selalu bilang "iya", pekerjaan menumpuk. Lama-lama capek sendiri.
Dilupakan Job Desc Sendiri: Terlalu fokus bantuin orang lain, tugas utamanya malah keteteran.
Jadi Target Eksploitasi: Rekan kerja (atau atasan) yang sadar kamu nggak pernah nolak bisa saja “nitip kerjaan” terus.
Kesulitan Pasang Batasan: Akhirnya susah buat bilang “cukup” dan komunikasi pun jadi nggak sehat. Diam-diam makan hati!


Lalu, Bagaimana Seharusnya Yes Man Berkomunikasi?

Tenang, bukan berarti harus jadi "No Man" juga ya! Kuncinya ada di komunikasi asertif: berani menyampaikan pendapat secara jujur tapi tetap sopan dan menghargai.

Berikut tipsnya:

Gunakan Bahasa yang Tegas Tapi Ramah: Misalnya, “Saya sebenarnya sedang menyelesaikan laporan utama, boleh kita bahas prioritasnya dulu?”
Tawarkan Alternatif: Kalau nggak bisa bantu sekarang, beri opsi waktu lain atau orang lain yang lebih tepat.
Kenali dan Tegaskan Job Desc-mu: Bukan buat ngeles, tapi biar jelas tanggung jawab utamamu apa.
Latih Diri Mengucap "Tidak" dengan Elegan: Kadang “tidak” adalah bentuk jujur dan profesional.


Kesimpulan: Jadi Yes Man Boleh, Tapi Jangan Kehilangan Suara

Mengiyakan segala hal bisa bikin kamu terlihat super helpful, tapi jangan sampai malah jadi orang yang diam-diam stres, kehilangan arah, atau dimanfaatkan terus-terusan.

Ingat, komunikasi yang sehat itu bukan cuma soal “iya” atau “tidak”, tapi soal bagaimana kamu menyampaikan batasanmu dengan jelas dan hormat.

Karena di dunia kerja, keberanian untuk bersuara dengan bijak adalah salah satu bentuk loyalitas juga—loyal terhadap pekerjaan, tim, dan juga dirimu sendiri.

Kalau kamu merasa mulai jadi Yes Man, yuk belajar bilang “tidak” tanpa rasa bersalah. Karena kadang, menolak dengan cara yang baik justru menunjukkan kamu tahu prioritas dan bisa dipercaya 💪


Sumber :
https://glints.com/id/lowongan/bahaya-yes-man/


No comments:

Post a Comment

Komunikasi Organisasi 10 : Kampus Bukan Cuma Kuliah: Ada Dosen, Serikat, dan Cerita!

Halo teman-teman pembelajar komunikasi organisasi, Apa iya kampus itu cuma tempat belajar dan ujian? Padahal di balik aktivitas akademik, a...