Halo teman-teman!
Pernah nggak sih kamu ngerasa campur aduk waktu dikasih kabar soal perubahan di kantor?
Baru denger tim mau dirombak aja udah bikin kepala panas, hati galau, dan pikiran bingung. Tenang, kamu nggak sendiri emosi campur aduk itu wajar banget.
Dan serunya, ada satu model psikologis yang bisa bantu kamu paham kenapa kita bereaksi seperti itu saat perubahan datang. Namanya: Model Kübler-Ross.
Siapa sih Elisabeth Kübler-Ross?
Elisabeth Kübler-Ross adalah psikiater asal Swiss-Amerika yang memperkenalkan Model Lima Tahap ini dalam bukunya "On Death and Dying" tahun 1969. Awalnya dipakai untuk memahami respon orang saat menghadapi kehilangan besar seperti kematian. Tapi sekarang, model ini juga sering dipakai dalam dunia kerja, organisasi, bahkan pengembangan diri karena ternyata perubahan juga bisa terasa seperti kehilangan.
Nah, ini dia lima tahapnya! Coba cek, kamu pernah ngalamin yang mana?
1. Denial (Penolakan)
“Ah masa sih? Nggak mungkin segitunya deh.”
Tahap pertama ini bikin kita menyangkal kenyataan. Misalnya pas dengar sistem kerja bakal berubah total, reaksi spontan kita bisa jadi: “Ah ini cuma wacana.”
Tapi denial terlalu lama bisa bikin kita ketinggalan langkah.
2. Anger (Marah)
“Kenapa sih harus begini? Siapa sih yang bikin aturan ini?”
Mulai sadar bahwa perubahan itu nyata, kita pun mulai kesal. Bisa marah ke sistem, ke atasan, bahkan ke rekan kerja.
Fase ini penuh emosi, dan penting buat ditangani dengan komunikasi terbuka dan empati.
3. Bargaining (Tawar-menawar)
“Gimana kalau sistem lamanya masih dipakai aja setengah-setengah?”
Ini fase kompromi. Kita mulai mencari cara buat tetap nyaman sambil sedikit berubah. Tapi kadang ini cuma cara kita menunda penyesuaian sebenarnya.
4. Depression (Sedih atau Frustrasi)
“Kayaknya ini terlalu sulit. Gue nggak sanggup.”
Mulai sadar nggak ada jalan mundur, kita bisa merasa lelah, pesimis, atau kehilangan motivasi.
Fase ini butuh dukungan, bukan tuntutan.
5. Acceptance (Penerimaan)
“Oke, ini memang harus terjadi. Sekarang gue fokus adaptasi.”
Akhirnya kita menerima kenyataan dan mulai mencari solusi. Di fase ini, kita mulai berpikir lebih jernih dan bertindak secara konstruktif.
Kenapa Model Ini Masih Relevan?
Karena manusia tetap manusia.
Mau di tahun 1969 atau 2025, perubahan tetap memicu reaksi emosional. Dan dengan memahami tahapan ini, kita jadi lebih peka baik ke diri sendiri maupun orang lain dalam menghadapi masa transisi.
Model ini cocok banget dipakai oleh manajer, HR, atau siapa pun yang sedang memimpin tim melalui perubahan besar. Biar nggak sekadar “push perubahan,” tapi juga bisa dampingi emosi di baliknya.
Kesimpulan: Pahami Emosi, Biar Perubahan Nggak Bikin Burnout
Perubahan itu perlu, tapi nggak semua orang siap secara mental. Dengan memahami Model Kübler-Ross, kamu bisa lebih bijak merespons dan bantu orang lain buat move on lebih sehat.
Ingat, semua orang punya waktunya sendiri. Yang penting: jangan buru-buru, jangan maksa, dan tetap saling dukung.
Kalau kamu merasa tulisan ini relate banget sama kondisi tim kamu, boleh banget di-share buat bahan refleksi bareng!
Sumber:
Model ini diperkenalkan oleh Elisabeth Kübler-Ross dalam buku On Death and Dying (1969), dan kini digunakan secara luas untuk memahami dinamika perubahan, transisi emosional, dan manajemen perubahan di berbagai konteks.
No comments:
Post a Comment